Tuesday, October 28, 2008

Pendidik yang Terhormat


Salam,

29 Oktober 2008, genaplah dua tahun umur penyejuk mataku Wan Hadhinatul Ijlal (Pendidik yang Terhormat). Pejam celik pejam celik, rupa-rupanya sudah dua tahun Ijlal yang kubahasakan dirinya 'Adik' hidup dan mengotakan kebahagiaan buat diriku di dunia ini.

Buat Ijlalku sayang:

Mungkin tiada sambutan hebat yang dapat Abi sediakan sempena hari istimewa Adik. Hanya sekelumit azam daripada Abi, semoga abi akan terus menjadi abi yang terbaik untuk Adik, walau abi tahu abi ini seorang insan yang banyak kelemahan dan kekurangan..

Doa abi semoga suatu hari nanti Adik menjadi insan salihah dan muslihah. Itulah doa abi sebelum Adik lahir ke dunia ini. Itulah juga doa abi buat Adik dalam sujud abi saban hari.

Semoga adik terus dalam peliharaan Allah dan diberkati-Nya selalu.


"Kau permaisuri di hatiku....


Di dunia ini engkau penghibur....


Menjunjung kasih amanah Ilahi....


Ku pasti akan terus menyayangi....


Tuhan kekalkanlah permaisuri hatiku,

Untuk menemani dalam menggapai cinta-Mu...."


Thursday, October 23, 2008

Sahabat

--

Sekilas terkenangkan insan bernama SAHABAT yang lama tak ketemu..

Hanya lagu yang mampu menjadi pengganti cetusan rasa yang terpendam di dalam wadi kalbuku ini..


Sahabatku - Devotees

Kulayarkan kerinduan di lautan memori
Mengimbau kenangan indah yang menyentuh emosi
Masih segar di ingatan saat mesra berputik
Hadirmu bawa sinaran cahaya inspirasi

SahabatKau sesungguhnya
Temanku di kala suka dan lara
Tika ku buntu diselubungi sendu
Kau tiupkan ketabahan untuk kuukir senyuman
Bagaikan embun hilang di terbit fajar
Kau pergi jauh mengejar cita
Menggapai redha Yang Esa

Duhai sahabat dengarkanlah
Bicara hatiku ini
Meskipun jarak memisahkan
Namun tiada noktah kasih
Biarlah waktu menentukan
Nilai ukhwah yang terjalin
Teruskanlah perjuangan
Hingga ke titisan darah terakhir

Dan aku masih di sini
Terus mendaki puncak tertinggi hidupku
Dan aku
Terus menanti saat yang manis
Akan berulang kembali
Sahabat

Wednesday, October 22, 2008

Special Talk: Jejak Risalah di Nusantara [siri 2]

Special Talk:
Jejak Risalah di Nusantara

"Siri 2 - Apa yang Diwariskan Islam di Nusantara"

Tarikh:
31 Oktober 2008 (Jumaat)

Tempat:
Pusat Komuniti JIM, Pusat Bandar Melawati

Masa:
9.00 malam - 11.00 malam

Yuran:
RM10.00 sahaja
(insyaAllah berbaloi dengan ilmu yang diperoleh)

Penceramah:
Dr. Hafidzi Mohd Noor
Mantan Naib Presiden JIM
Pengarah Palestine Centre of Excellence (PACE)
Penulis buku 'Jejak Risalah di Nusantara'

Terhad kepada 50 orang sahaja!!

Untuk pertanyaan dan pendaftaran, sila hubungi Sdr. Wan Am di talian 012-6615745 atau email abu.itqan@gmail. com

Siri-siri lain dalam 'Special Talk: Jejak Risalah di Nusantara':

Siri 1 - Siapa Snouck Hurgronje
Siri 3 - Sejarah Melaka Dalam Konteks Global
Siri 4 - Tok Janggut dan Khilafah Uthmaniah
Siri 5 - Ulama Nusantara di Tanjung Pengharapan (Afrika Selatan)

Terima kasih.

Wednesday, October 15, 2008

Jauh.. kapal belayar

-

Salam,

Ku ingin berkongsi sebuah catatan dengan para tetamu blogku sekalian...

"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya.

"lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. " Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat.

Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u. Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah? " Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang murobbi lagi.

Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkattangannya :"Cukup akhi, cukup. Ana sadar.. maafkan Ana…. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan… " .

Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad'u berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.

Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama'ah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.

"Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isyu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya. "

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang mad'u sibuk membangunkan mad'u yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian…

Semoga ada manfaatnya insyaAllah.

-WaN aM-
151008
Pusat Bandar Melawati

Thursday, October 9, 2008

Kebahagiaan Rumahtangga: Aman dan Amanah


أ
الأمن والأمانة
Aman dan Amanah

Keamanan adalah satu daripada keperluan asasi setiap manusia. Tanpanya manusia tidak akan mengecapi kebahagiaan dan kedamaian.

Keamanan juga satu daripada nikmat Allah yang amat berharga. Katakan seorang individu memiliki istana yang indah, duit yang melimpah, makanan yang beraneka rasa, tetapi di hadapannya terdapat seekor singa lapar yang ternganga mulutnya, menunggu peluang untuk merentap mangsa. Adakah individu tersebut berasa selesa dan bahagia? Tentu tidak. Sebaliknya dia diburu ketakutan, keseraman dan kegerunan.

Demikianlah dalam kehidupan berumahtangga. Isteri tidak akan bahagia kalau dia tidak aman di sisi suaminya. Hatinya diguris dengan kata-kata nista, badannya dicalari dengan penderaan tanpa mengira masa dan ketika.

Begitu juga suami tidak bahagia kalau tidak ada keamanan di pihak isteri. Telinganya selalu dipalu dengan leteran berjela-jela. Matanya tidak melihat kecuali pemandangan yang berselerak dan berkecamuk. Hidungnya pula tersumbat dengan bau yang menyakitkan.

Justeru kedua pihak mesti berusaha menjadikan diri masing-masing tempat yang aman dan selamat bagi pasangannya. Allah jadikan untuk kita pasangan supaya kita mendapat ketenangan (sakinah), keamanan dan kedamaian yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Antara sifat utama yang perlu ada untuk melahirkan rasa aman ialah sifat amanah. Tanpa sifat ini suami isteri sentiasa dihantui keresahan. Hati diganggu perasaan curiga dan tidak percaya.

Suami adalah pemegang amanah yang sangat besar. Lafaz qabul yang diucapkan semasa aqad adalah simbolik kepada kesediaan menerima amanah menjaga, melindungi dan menjamin keamanan wanita yang bergelar isteri selama berada di sisinya.Isteri pula diamanahkan memelihara maruah diri, keluarga, rumahtangga dan harta suami.



Tajuk: Alif Ba Ta Kebahagiaan Rumahtangga
Penulis: Maznah Daud, Rosmihayati Khairuddin dan Noraini Md Top
Penerbit: JIMedia dan Persatuan Mawaddah Malaysia
Jumlah mukasurat: 66
Harga: RM8.00
Jumlah cetakan terkini: 1000 naskhah

Boleh hubungi saya (Wan Am) di talian 012-6615745 untuk mendapatkan buku di atas.

Terima kasih.


Wednesday, October 8, 2008

Eid mubarak


Salam,

Harap tidak terlambat untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Aidilfitri, maaf zahir dan batin kepada semua sahabat, kenalan dan tidak ketinggalan pengunjung blogku ini walau di mana kalian berada. Terima kasih juga di atas mesej-mesej hari raya yang dikirimkan ke telefon bimbitku.

Raya kali ini aku berpeluang membawa isteri dan anak-anakku menziarahi saudara sebelah emak di Kluang dan Muar, Johor. Sesuatu yang tidak pernah berkesempatan aku lakukan sejak berkahwin empat tahun lalu. Malah inilah kali pertama Itqan dan Ijlal menjejakkan kaki mereka di bumi Johor.


Gambar aku bersama isteri dan anak-anak tersayang pada hari raya pertama di Kluang, Johor. Warna unggu menjadi warna rasmi tahun ini...

Mudah-mudahan Allah berikan kekuatan jua kepadaku untuk melaksanakan ibadah puasa sunat di bulan Syawal ini, moga menampung segala kekurangan pahala puasaku sepanjang Ramadhan yang telah berlalu.

Semoga diberkati Allah.

-WaN aM-
091008
Pusat Bandar Melawati